Thrift Fashion dalam Perubahan Paradigm Pandemi; Dilarang Tapi Digemari?
Keywords:
thrift fashion, paradigm, pandemiAbstract
Setiap manusia memiliki kebutuhan pokok berupa sandang, pangan dan papan. Kini, kebutuhan pokok tersebut tidak hanya menjadi barang yang benar-benar dibutuhkan, dimana perubahan ini dipengaruhi oleh gaya hidup, status, citra dan kehormatan (Stellarosa, 2020). Perkembangannya kini sangat sulit membedakan antara kebutuhan dan gaya hidup. Disebutkan juga bahwa para perempuan, khususnya perempuan Indonesia akan berbelanja barang yang menurutnya dapat meningkatkan rasa percaya diri, terutama barang-barang dengan brand atau merk tertentu yang berharga cukup mahal.
Fenomena budaya konsumerisme atau yang kemudian dikenal dengan budaya belanja, terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki. Salah satu alternatif yang kini sedang marak ditawarkan bagi orang-orang dengan kecanduan belanja adalah barang-barang brand atau merk terkenal berharga ‘miring’ karena merupakan barang second atau bekas, yang sering disebut thrift. Harga baran-barang bekas ini bisa sangat jauh lebih murah daripada harga new brand-nya, walaupun hanya pernah beberapa kali atau bahkan sekali pakai.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.